Senin, 27 Oktober 2008

Syekh Puji Dilaporkan Ke Polda Jateng

Senin, 27 Oktober 2008 | 21:21 WIB

SEMARANG(Kompas), SENIN - Jaringan peduli perempuan dan anak atau JPPA melaporkan tindakan Pudjiono Cahyo Widiyanto atau Syekh Puji, pemilik pondok pesantren Miftahul Jannah Pudjiono, Bedono, Jambu, Kabupaten Semarang, ke Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Tindakan Syekh Pudji menikahi anak perempuan di bawah umur dinilai merupakan tindakan eksploitasi pada anak.

Ketua JPPA Agnes Widanti mengungkapkan hal tersebut ketika menyerahkan laporan ke Polda Jateng, Senin (27/10 ). Agnes yang datang bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat atau LSM di Jateng ditemui oleh Kepala Kepala Bagian Operasional I Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Jateng Ajun Komisaris Besar Nelson P Purba.

"Kami berharap kepolisian menindak tegas perlakuan orang seperti Syekh Puji yang mengatasnamakan agama untuk mengambil keuntungan. Jika tidak ditindak, nantinya akan terus bertumbuhan orang-orang seperti itu," katanya.

Sebelumnya, Syekh Puji dikabarkan menikahi Lutfiana Ulfa (12), anak dari Suroso (33) dan Siti Huriyah (30) tanggal 22 Oktober lalu. Ulfa juga dijanjikan akan dijadikan manajer sebuah perusahaan milik Syekh Puji. Pernikahan ini menuai protes dari berbagai pihak, meski pihak keluarga menerima dengan iklas.

Agnes menilai, Syekh Puji telah mengabaikan dan bahkan merendahkan derajat serta martabat perempuan. Dampak dari perilaku tersebut menurut Agnes akan menyebabkan trauma seksual serta berdampak buruk pada kesehatan reproduksi pada anak perempuan. Selain itu, secara psikologis, anak belum mampu membuat keputusan yang tepat bagi dirinya, apalagi dibebani tanggung jawab sebagai istri dan sebagai manajer perusahaan.

Menurut Agnes, Syekh Puji sudah melakukan beberapa pelanggaran sekaligus, diantaranya terhadap Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), Undang-undang nomor 21 thaun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, serta Undang-undang nomor 13 tahun 2004 tentang ketenagakerjaan.

Kasus semacam ini menurut Agnes sudah banyak terjadi. Hanya saja, tidak semua terungkap ke permukaan. Karena itu, sebelum fenomena ini semakin menyebar, penegak hukum harus bertindak tegas.

Menanggapi hal itu, Neslon mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi untuk menyelidiki kasus ini. "Kami juga menilai, jika perbuatan ini dibiarkan, akhirnya masyarakat akan menerima fenomena tersebut sebagai budaya dan menjadi nilai-nilai dalam masyarakat," ujarnya.

Kepala Polda Jateng Inspektur Jendral FX Sunarno mengatakan pihaknya akan segera memanggil Syekh Puji untuk dimintai keterangan. Sunarno menyebutkan, ada kemungkinan Syekh Puji terkena pasal 288 KUHP tentang persetubuhan dalam perkawinan dengan wanita yang masih di bawah umur.
Sumber:kompas.com

Senin, 13 Oktober 2008

IT Disekolah

Sebenarnya sudah banyak fasilitas yang diberikan sekolah untuk para siswanya belajar melalui internet seperti hot spot area, warnet sekolah yang sejam cuma 1000 (tapi kadang juga sering putus), dan ruang SAS.
Kalau hot spot belum semua siwa bisa memanfaatkannya karena otomatis kudu punya laptop (barang yang masih mewah menurutku).
Warnet sekolah sih beda lagi.. Sudah banyak siswa yang menggunakannya karena tarifnya terjangkau (walau akan menyakitkan bila kita sudah menunggu-nunggu ke konek ke friendster misalnya akan lambat,lemot alias lola bahkan kadang putus, yah siap-siap kesel,dan kecewa berat tapi seimbang lah sama tarif yang ikut miring makanya begitu)
Ruang SAS sih sedikit ribet bagi siswa biasa karena kudu ngurus ijin dulu tapi itu tak berlaku bagi anak-anak kuli tinta yang sudah dipercaya....(tapi dengar-dengar isu ruang SAS akan dibuka untuk umum,hooreeeee!!!gak kudu tersiksa di warnet sekolah lagiii!!!)
Akupun termasuk murid yang selalu mendapat kemudahan fasilitas ruang SAS karena aku termasuk anggota kuli tinta (^^).

Intervew Kuli Tinta

Waktu promosi ekskul kuli tinta, aku ingat.
Kuli tinta menjanjikan pelatihan sehingga para anggotanya mampu membuat animasi, web, dan editting video. Nah akupun tertarik mendaftar, tapi rupanya ada seleksi dulu. Padahal ekskul-ekskul lain tidak memakai seleksi. Dan rupanya yang mendaftar sangat banyak, aku hanyalah satu dari puluhan anak yang ingin jadi anggota kuli tinta. Dengan langkah pesimis akan diterima aku ditest, sedikit pertanyaan ada yang ku ingat yaitu :
"apakah kamu ikut organisasi lain?" tanya mas Toyib
"iya saya ikut TMC juga mas" jawabku tegang
"bila kegiatan TMC dan Kuli Tinta tabrakan, mana yang kamu pilih dulu? tanya mas Toyib dengan pandangan mata serius mengamati ekspresiku, seakan siap-siap menerkamku.
"wah ya jelas mas saya milih kuli tinta kan kuli tinta lebih berguna untuk saya kedepan" jawabku terbata-bata kehabisan jawaban yang lebih cerdas.
"bila suatu saat kuli tinta hampir bubar karena tak ada anak yang minat ikut kuli tinta apa yang akan kamu perbuat??" ekspresi mas Toyib makin menakutkan bagiku.
"emmpphhh (kebingungan jawab), kayaknya aku akan mengadakan lomba animasi bagi anak-anak SMK2 Yogyakarta, nah pasti entar ada yang tertarik ikut kultin setelah ikut lomba" jawabku sok cerdas.
"nah pertanyaan berikutnya, sebenarnya obsesi ade apa"? ekspresi mas Toyib kini melunak dengan senyuman diwajahnya.
"sebenarnya saya ingin jadi reporter atau presenter" dengan pandangan mataku yang pasti berapi-api bila di kasih pertanyaan begitu.
Mendengar obsesiku, mas Toyib dan mbak Mia berusaha menahan tertawa.
"nah sekarang coba ade berpura-pura menjadi presenter" kata mas Toyib masih berusaha menahan tawa.
Akupun kaget dan dengan terpaksa berusaha menjadi presenter yang ngomong aja gagap (deg-degan tau!!) dan senyum yang niatnya biar kayak jadi presenter-presenter cantik itu malah jadi senyum yang mengerikan, tak lupa aksen sok cantikku.
Sialnya mereka memotretku dalam keadaan ancur begitu...(entah sekarang aku cari photonya gak ketemu-ketemu.)
Begitulah intreview penerimaan kultin dan jawaban konyolku dulu...
Aku sebenarnya pesimis berat bisa diterima karena jawaban konyolku ketika interview.
Tapi AJAIB!!!!aku bisa diterima di ekskul kultin.....
Bayangkan dari sekitar 80an anak, aku termasuk dalam 20 anak yang diterima!!!
Sekarang tak akan ku sia-siakan ekskul kultin....
Mengingat perjuanganku dulu begitu berat untuk bisa masuk (halah! segitu aja berat padahal waktu itu aku hanya beruntung,he-he....).